1. Aspek
Sakral/Kudus/Suci
a. Yahudi
Dalam agama
yahudi, kesucian di artikan sebagai dasar suatu sistem undang undang agama dan
moral. Dan di dalam kesucian itu mengandung dua aspek, yaitu: Kesucian Positif
dan kesucian Negatif. Aspek negatif menurut yahudi adalah meninggalkan
keberhalaan yang menjijikan. Sedangkan aspek positifnya adalah berpegang teguh
kepada kepercayaan dan kepribadatan yang telah di wahyukan tuhan kepada mereka.
Keadilan merupakan aspek negatif dalam kesucian, sedangkan kebenaran adalah
aspek positif dalam kesucian. Kebenaran di anggap sebagai dasar hakiki etika
yahudi, orang yahudi tidak akan di cintai oleh tuhan apabila tidak berpegang
teguh kepada kebenaran. Seseorang belum dikatakan mencintai tuhan apabila dia
belum mencintai sesamanya, walaupun yang dikatakan sesamanya di sini adalah
sebatas sesama orang yahudi saja.
b. Nasrani
Dalam
agama Nasrani, kudus di artikan sebagai sesuatu yang maha sempurna, maha tahu,
maha kuasa dan maha kekal, meskipun terdiri dari tiga pribadi (oknum) tapi
hanya satu tuhan (allah) yang masing masing memiliki pengetahuan illahi, satu
kehendak illahi, satu kehidupan illahi, sehingga sering di sebut dengan
Tritunggal yang maha kudus yang tercantum dalam Credo Iman Rasuli. Umat Kristen
juga mengenal Tritunggal sebagai :
• Tuhan Allah Bapa
• Tuhan Allah Anak
• Roh Kudus
c. Islam
Orang
muslim memuja Batu Hitam yang ada di (salah satu sudut) Ka’bah. Benda tersebut
termasuk benda sakral walaupun bisa dilihat dan kongkrit. Tetapi yang sakral
itu juga mempunyai aspek yang tidak terlihat dan gaib. Makhluk-makhluk dan
wujud-wujud sakral yang bermacam-macam, seperti Allah dan Muhammad, adalah
sakral bagi pengikut mereka masing-masing, dan disembah di dalam
upacara-upacara dan diabaikan dalam ajaran-ajaran kepercayaan mereka. Ciri umum
apakah yang kita temukan dalam berbagai benda dan wujud sakral yang hamper
tidak terbatas ini, yang bisa kita sebut sakral? Apabila kita memperhatikan
benda-benda dan wujud-wujudnya saja kita tidak akan menemukan jawabannya. Sebab
bukan benda-benda itu sendiri yang merupakan tanda dari yang sakral, tetapi
justru berbagai sikap dan perasaan manusianya yang memperkuat kesakralan
benda-benda itu. Dengan demikian kesakralan terwujud karena sikap mental yang
didukung oleh perasaan. Perasaan kagum itu sendiri sebagai emosi sakral yang
paling nyata, adalah gabungan antara pemujaan dan ketakutan.
2. Ritual
Keagamaan
a. Yahudi
Dalam agama
Yahudi terdapat berbagai ritual dan upacara agama, diantaranya:
v
Sembahyang dan doa
Mereka melakukan sembahyang sehari tiga kali secara berjamaah
dengan menghadap kiblat mereka, baitul muqaddas. Mereka juga mendirikan
sinagog-sinagog sebagai pusat mengajarkan agama.
v
Puasa
Mereka diwajibkan puasa pada hari kesepuluh pada setiap bulan
ketujuh serta melakukan puasa-puasa khusus, setipa ada musibah atau bencana
yang menimpa bani israil.
v
Qurban
Penyembelihan binatang pada mazbah (tempat penyembelihan yang
tirdiri dari dua belas tiang). Adapun macam-macam kurban adalah:
a. Korban
pengampunan dari dosa dan kesalahan
b. Korban
kebaktian sebagai tanda rasa syukur
c. Korban
penyucian setelah terkena najis
d. Korban hasil
ternak
v
Memberikan hasil pertanian
Dengan
memberikan sepersepuluh dari hasil pertanian
v
Berkhitan
Mengkhitankan anak laki-laki pada hari kedelapan setelah kelahiran
dan bagi orang yang hendak masuk agama israil.
v
Upacara paskah
Hari peringatan
ke luar dari negeri mesir.
v
Pantekosta (upacara hari ke lima puluh)
Perayaan hari kelima puluh setelah hari paskah atau dapat dibilang
sebagai hari sesudahtujuh kali jum’at atau tujuh minggu.
v
Pencucian
Dalam agama
israil waktu ketujuh, yaitu:
a. Hari sabtu,
semua pekerjaan diliburkan dan diadakan perhimpunan suci
b. Bulan
ketujuh, diadakan hari pengampunan besar
c. Tahun
ketujuh, piutang tidak boleh ditagih dan tanah tidak boleh digarap
B. Nasrani
v
Kebaktian malam Paskah
Kebaktian Malam Paskah adalah kebaktian yang diadakan di kebanyakan
gereja Kristen sebagai perayaan resmi pertama untuk merayakan kebangkitan
Yesus. Pada masa lalu, di kebaktian inilah anak-anak menerima baptisan dan
orang-orang dewasa menjalankan katekumen. Kebaktian ini dapat diadakan pada
waktu setelah matahari tenggelam pada Sabtu Suci hingga matahari terbit pada
Minggu Paskah, namun umumnya diadakan pada Sabtu sore.
v
Kebaktian subuh
Kebaktian subuh adalah kebaktian yang dilakukan pada Paskah.
Kebaktian ini dipraktikkan oleh gereja Protestan dan sama seperti kebaktian
malam Paskah yang dijalankan pengikut Katolik Roma,Ortodoks Timur, Anglikan,
dan Lutheran. Kebaktian ini dilakukan di luar ruangan, biasanya di taman, dan
jemaat duduk di kursi umum.
v
Magnificat
Magnificat (juga disebut Nyanyian pujian Maria) adalah sebuah
kidungyang sering dinyanyikan (atau didaraskan) secara liturgis dalam
ibadat-ibadat Kristiani. Kidung ini diambil dari Injil Lukas pasal 1 ayat
46-55, yang tersisip di tengah naskah prosa.
v
Persembahan hewan
Persembahan hewan adalah bagian dari ritual keagamaan yang
bertujuan untuk menyenangkan Tuhan atau dewa-dewa dengan harapan bahwa mereka
akan mengganti keadaan alam sesuai dengan keinginan penyembahnya. Persembahan
hewan banyak ditemui pada hampir semua kebudayaan, dari kebudayaan Yahudi,
Yunani, Roma dan Yoruba. Di Indonesia dalam Islam persembahan hewan disebut kurban.
v
Sursum corda
Sursum Corda (dalam Bahasa Latin artinya “Arahkan hatimu kepada
Tuhan”) adalah dialog pembuka pada Pembukaan Ibadat Ekaristi atau Anaphora
dalam liturgi-liturgi gereja-gereja Kristen. Dialog ini bisa ditelusuri dari
abad ke-3 dari adanya Anaphora karya Hippolytus. Dialog ini tercatat dalam
liturgi-liturgi gereja Kristen pertama, dan ditemukan hampir di seluruh
ritus-ritus Kristen lama.
C. Islam
v
Shalat 5 waktu
Ritual ini adalah ritual sembahyang kepada Allah SWT yang sudah
menjadi suatu kewajiban yang tertera dalam kitab suci umat Islam yaitu
Al-Qur’an.
v
Puasa
Umat Islam berpuasa pada bulan Ramadhan. Puasa dalam Islam adalah
menahan segala hawa nafsu dari apa-apa yang mebatalkan puasa seperti makan, minum,
marah, berzina, dan lain-lain.
v
Zakat
Adalah kegiatan menyisihkan 2.5% dari harta yang kita miliki untuk
diberikan kepada orang-orang kurang mampu ataupun untuk amal jariyah pada
majlis-majlis yang merupakan salah satu dari rukun Islam
v
Haji
Haji merupakan rukun Islam ke 5 dalam agama Islam. Ritual ini
diwajibkan bagi yang mampu. Dalam ritual ini ada beberapa rukun yaitu seperti
tawaf mengelilingi Ka’bah,wukuf di padang arafah ,melempar jumrah, sa’i, dan tahalul(memotong
rambut).
v
Aqiqah
Aqiqah adalah kegiatan menyembelih dan membagikan hewan qurban
seperti kambing yang disarankan pada hari ke-7 kelahiran seorang bayi. Kemudian
dilanjutkan dengan ritual memotong rambut.
v
Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha
v
Tradisi kematian
Tradisi kematian dengan memperingati mulai dari tiga hari, nujuh
hari, empat puluh hari, setahun, dua tahun dan terakhir nyribu hari (nyewu
dina). Dalam tradisi Islam memang tidak ada tradisi memperingati kematian,
tradisi ini merupakan tradisi budaya Hindu, yang kemudian diasimilasikan dengan
budaya Islam dan diwarnai dengan tradisi relijius keislaman.
3. fungsi agama memungkinkan masyarakat berkonflik dan melakukan
tindak kekerasan atas nama agama.
Pada adasarnya
fungsi agama adalah sebagai berikut :
1.
Agar kita dapat selalu ingat akan Tuhan, petunjuk bagaimana cara
kita melayani Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
2.
Sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Artinya jika
kita melakukan sesuatu yang tidak baik, dengan kita punya agama kita bisa
disadarkan oleh ajaran dan agama yang
kita anut untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik.
3.
Penyelaras hidup dalam masyarakat.
Namun, akar kekerasan agama
dapat dibagi menjadi dua hal utama yakni; bagaimana peran agama dan bagaimana
keterkaitan pemeluknya terhadap agamanya masing-masing. Mengenai peran agama
ada dua konsep yang dimiliki oleh setiap agama yang mempengaruhi penganutnya
dalam hubungan dengan penganut agama yang lain yakni, fanatisme dan toleransi.
Kedua hal ini harus dipraktekan secara seimbang. Ketidaksembangan akan melahirkan
problem dalam umat beragama.
Toleransi yang
berlebihan dari umat beragama tertentu dapat menjebak suatu agama dalam
pengaburan makna ajaran agama dan eksistensi agama akan melamah. Situasi ini
kadang menyebabkan tidak setia dengan ajaran agamanya.Agama hanya menjadi
ritual belaka sehingga derajat dan kebenaran agama yang satu disamakan dengan
agama yang lainya. Selanjutnya, fanatisme akan melahirkan permusuhan dengan
penganut agama lain dan kekerasan atas nama agama. Fanatisme yang berlebihan
akan melahirkan truth claim yang eksklusif. Eksklusivisme dapar mengarahkan
orang pada radikalisme dan fundamentalisme dalam beragama.
Selain itu ada faktor
situasional juga menjadi pendorong aktor agama melakukan tindakan kekerasan.Di
sini disebutkan dua hal yakni, orientasi keagamaan yang dianut oleh kelompok
mayoritas dan perlakuan yang tidak adil dari pemegang hegemoni.Aktor agama
hidup di tengah-tengah sistem sosial dengan tradisi yang berlaku sejak zaman
nenek moyangnya. Perlahan tetapi pasti ia menyerap nilai-nilai dan
doktrin-doktrin yang diterima secara umum. Hal itu terinternalisasi setelah
terlibat dengan agen-agen ssoisalisasi seperti sekolah, madrasah, gereja,
media, komunitas, dan tokoh-tokohnya.
Kekerasan atas nama
agama juga dapat terjadi dalam hubungan atara agama yang ditandai oleh
ambiguitas. Sifat mendua yang sangat nyata inilah yang melahirkan potensi ganda
dalam agama. Agama di suatu sisi menjadi sumber kedamaian tetapi di sisi lain
agama juga dapat menjadi sumber konflik dan kekerasan. Ambiguitas tersebut
dapat terjadi karena tidak adanya orientasi.Dengan demikian setiap agama harus
memiliki orientasi yang jelas sehingga para pengikutnya tahu dengan pasti arah
kehidupan imanya.
Contoh kekerasan atas nama agama yaitu Pada tahun 1095 Paus Urbanus
II memerintahkan orang-orang Kristen untuk merebut Tanah Suci Yerusalem dari
tangan Muslim, yang digambarkn Paus pada waktu itu sebagai orang kafir terkutuk
yang tidak mengenal Allah”. Perang Salib yang terjadi pada waktu itu, bukan
hanya terjadi terhadap agama yang berbeda, tetapi juga ditujukan kepada sesama
Kristen.
Masih banyak lagi deretan peristiwa
yang mengatas namakan agama (Tuhan). Dan semangat seperti itu pun ada dalam
agama apapun itu, tidak ada perkecualian, yakni semangat fundamentalisme dan
fanatisme.
Ada tiga orientasi
dalam meyelesaikan suatu konflik.Pertama,ekslusivis adalah aktor agama yang
membangun tembok dan menciptakan sebuah “enclave” daerah terlindung yang
steril.Ia hanya percaya pada satu-satunya kebenaran, satu jalan untuk memahamu
realitas, dan satu cara dalasm menafsirkan teks-teks suci, ia percaya bahwa
hanya kelompoknya yang selamat. Kelompok yang lain dimjamin “masuk neraka”.
Kedua,inklusivisyang mengakui keragaman tradisi, komunitas, dan kebenaran.Semua
adalah jalan menuju kebenaran.Ketiga,pluralis yang berpandangan bahwa kebenran
bukan milik satu tradisi atau komunitan keagamaan.Perbedaan bukanlah penghalang
tetapi peluang dalam berdialog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar