Minggu, 14 April 2013

yahudi, nasrani dan islam


1. Aspek Sakral/Kudus/Suci
a. Yahudi
Dalam agama yahudi, kesucian di artikan sebagai dasar suatu sistem undang undang agama dan moral. Dan di dalam kesucian itu mengandung dua aspek, yaitu: Kesucian Positif dan kesucian Negatif. Aspek negatif menurut yahudi adalah meninggalkan keberhalaan yang menjijikan. Sedangkan aspek positifnya adalah berpegang teguh kepada kepercayaan dan kepribadatan yang telah di wahyukan tuhan kepada mereka. Keadilan merupakan aspek negatif dalam kesucian, sedangkan kebenaran adalah aspek positif dalam kesucian. Kebenaran di anggap sebagai dasar hakiki etika yahudi, orang yahudi tidak akan di cintai oleh tuhan apabila tidak berpegang teguh kepada kebenaran. Seseorang belum dikatakan mencintai tuhan apabila dia belum mencintai sesamanya, walaupun yang dikatakan sesamanya di sini adalah sebatas sesama orang yahudi saja.

b. Nasrani
Dalam agama Nasrani, kudus di artikan sebagai sesuatu yang maha sempurna, maha tahu, maha kuasa dan maha kekal, meskipun terdiri dari tiga pribadi (oknum) tapi hanya satu tuhan (allah) yang masing masing memiliki pengetahuan illahi, satu kehendak illahi, satu kehidupan illahi, sehingga sering di sebut dengan Tritunggal yang maha kudus yang tercantum dalam Credo Iman Rasuli. Umat Kristen juga mengenal Tritunggal sebagai :
•           Tuhan Allah Bapa
•           Tuhan Allah Anak
•           Roh Kudus

c. Islam
Orang muslim memuja Batu Hitam yang ada di (salah satu sudut) Ka’bah. Benda tersebut termasuk benda sakral walaupun bisa dilihat dan kongkrit. Tetapi yang sakral itu juga mempunyai aspek yang tidak terlihat dan gaib. Makhluk-makhluk dan wujud-wujud sakral yang bermacam-macam, seperti Allah dan Muhammad, adalah sakral bagi pengikut mereka masing-masing, dan disembah di dalam upacara-upacara dan diabaikan dalam ajaran-ajaran kepercayaan mereka. Ciri umum apakah yang kita temukan dalam berbagai benda dan wujud sakral yang hamper tidak terbatas ini, yang bisa kita sebut sakral? Apabila kita memperhatikan benda-benda dan wujud-wujudnya saja kita tidak akan menemukan jawabannya. Sebab bukan benda-benda itu sendiri yang merupakan tanda dari yang sakral, tetapi justru berbagai sikap dan perasaan manusianya yang memperkuat kesakralan benda-benda itu. Dengan demikian kesakralan terwujud karena sikap mental yang didukung oleh perasaan. Perasaan kagum itu sendiri sebagai emosi sakral yang paling nyata, adalah gabungan antara pemujaan dan ketakutan.



2. Ritual Keagamaan
a. Yahudi
Dalam agama Yahudi terdapat berbagai ritual dan upacara agama, diantaranya:
v  Sembahyang dan doa
Mereka melakukan sembahyang sehari tiga kali secara berjamaah dengan menghadap kiblat mereka, baitul muqaddas. Mereka juga mendirikan sinagog-sinagog sebagai pusat mengajarkan agama.
v  Puasa
Mereka diwajibkan puasa pada hari kesepuluh pada setiap bulan ketujuh serta melakukan puasa-puasa khusus, setipa ada musibah atau bencana yang menimpa bani israil.
v  Qurban
Penyembelihan binatang pada mazbah (tempat penyembelihan yang tirdiri dari dua belas tiang). Adapun macam-macam kurban adalah:
a. Korban pengampunan dari dosa dan kesalahan
b. Korban kebaktian sebagai tanda rasa syukur
c. Korban penyucian setelah terkena najis
d. Korban hasil ternak
v  Memberikan hasil pertanian
Dengan memberikan sepersepuluh dari hasil pertanian
v  Berkhitan
Mengkhitankan anak laki-laki pada hari kedelapan setelah kelahiran dan bagi orang yang hendak masuk agama israil.
v  Upacara paskah
Hari peringatan ke luar dari negeri mesir.
v  Pantekosta (upacara hari ke lima puluh)
Perayaan hari kelima puluh setelah hari paskah atau dapat dibilang sebagai hari sesudahtujuh kali jum’at atau tujuh minggu.
v  Pencucian
Dalam agama israil waktu ketujuh, yaitu:
a. Hari sabtu, semua pekerjaan diliburkan dan diadakan perhimpunan suci
b. Bulan ketujuh, diadakan hari pengampunan besar
c. Tahun ketujuh, piutang tidak boleh ditagih dan tanah tidak boleh digarap
B. Nasrani
v  Kebaktian malam Paskah
Kebaktian Malam Paskah adalah kebaktian yang diadakan di kebanyakan gereja Kristen sebagai perayaan resmi pertama untuk merayakan kebangkitan Yesus. Pada masa lalu, di kebaktian inilah anak-anak menerima baptisan dan orang-orang dewasa menjalankan katekumen. Kebaktian ini dapat diadakan pada waktu setelah matahari tenggelam pada Sabtu Suci hingga matahari terbit pada Minggu Paskah, namun umumnya diadakan pada Sabtu sore.
v  Kebaktian subuh
Kebaktian subuh adalah kebaktian yang dilakukan pada Paskah. Kebaktian ini dipraktikkan oleh gereja Protestan dan sama seperti kebaktian malam Paskah yang dijalankan pengikut Katolik Roma,Ortodoks Timur, Anglikan, dan Lutheran. Kebaktian ini dilakukan di luar ruangan, biasanya di taman, dan jemaat duduk di kursi umum.
v  Magnificat
Magnificat (juga disebut Nyanyian pujian Maria) adalah sebuah kidungyang sering dinyanyikan (atau didaraskan) secara liturgis dalam ibadat-ibadat Kristiani. Kidung ini diambil dari Injil Lukas pasal 1 ayat 46-55, yang tersisip di tengah naskah prosa.
v  Persembahan hewan
Persembahan hewan adalah bagian dari ritual keagamaan yang bertujuan untuk menyenangkan Tuhan atau dewa-dewa dengan harapan bahwa mereka akan mengganti keadaan alam sesuai dengan keinginan penyembahnya. Persembahan hewan banyak ditemui pada hampir semua kebudayaan, dari kebudayaan Yahudi, Yunani, Roma dan Yoruba. Di Indonesia dalam Islam persembahan hewan disebut kurban.
v  Sursum corda
Sursum Corda (dalam Bahasa Latin artinya “Arahkan hatimu kepada Tuhan”) adalah dialog pembuka pada Pembukaan Ibadat Ekaristi atau Anaphora dalam liturgi-liturgi gereja-gereja Kristen. Dialog ini bisa ditelusuri dari abad ke-3 dari adanya Anaphora karya Hippolytus. Dialog ini tercatat dalam liturgi-liturgi gereja Kristen pertama, dan ditemukan hampir di seluruh ritus-ritus Kristen lama.

C.        Islam
v  Shalat 5 waktu
Ritual ini adalah ritual sembahyang kepada Allah SWT yang sudah menjadi suatu kewajiban yang tertera dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an.
v  Puasa
Umat Islam berpuasa pada bulan Ramadhan. Puasa dalam Islam adalah menahan segala hawa nafsu dari apa-apa yang mebatalkan puasa seperti makan, minum, marah, berzina, dan lain-lain.
v  Zakat
Adalah kegiatan menyisihkan 2.5% dari harta yang kita miliki untuk diberikan kepada orang-orang kurang mampu ataupun untuk amal jariyah pada majlis-majlis yang merupakan salah satu dari rukun Islam
v  Haji
Haji merupakan rukun Islam ke 5 dalam agama Islam. Ritual ini diwajibkan bagi yang mampu. Dalam ritual ini ada beberapa rukun yaitu seperti tawaf mengelilingi Ka’bah,wukuf di padang arafah ,melempar jumrah, sa’i, dan tahalul(memotong rambut).
v  Aqiqah
Aqiqah adalah kegiatan menyembelih dan membagikan hewan qurban seperti kambing yang disarankan pada hari ke-7 kelahiran seorang bayi. Kemudian dilanjutkan dengan ritual memotong rambut.
v  Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha

v  Tradisi kematian
Tradisi kematian dengan memperingati mulai dari tiga hari, nujuh hari, empat puluh hari, setahun, dua tahun dan terakhir nyribu hari (nyewu dina). Dalam tradisi Islam memang tidak ada tradisi memperingati kematian, tradisi ini merupakan tradisi budaya Hindu, yang kemudian diasimilasikan dengan budaya Islam dan diwarnai dengan tradisi relijius keislaman.

3. fungsi agama memungkinkan masyarakat berkonflik dan melakukan tindak kekerasan atas nama agama.
Pada adasarnya fungsi agama adalah sebagai berikut :
1.      Agar kita dapat selalu ingat akan Tuhan, petunjuk bagaimana cara kita melayani Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
2.      Sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Artinya jika kita melakukan sesuatu yang tidak baik, dengan kita punya agama kita bisa disadarkan oleh ajaran  dan agama yang kita anut untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik.
3.      Penyelaras hidup dalam masyarakat.
  Namun, akar kekerasan agama dapat dibagi menjadi dua hal utama yakni; bagaimana peran agama dan bagaimana keterkaitan pemeluknya terhadap agamanya masing-masing. Mengenai peran agama ada dua konsep yang dimiliki oleh setiap agama yang mempengaruhi penganutnya dalam hubungan dengan penganut agama yang lain yakni, fanatisme dan toleransi. Kedua hal ini harus dipraktekan secara seimbang. Ketidaksembangan akan melahirkan problem dalam umat beragama.
       Toleransi yang berlebihan dari umat beragama tertentu dapat menjebak suatu agama dalam pengaburan makna ajaran agama dan eksistensi agama akan melamah. Situasi ini kadang menyebabkan tidak setia dengan ajaran agamanya.Agama hanya menjadi ritual belaka sehingga derajat dan kebenaran agama yang satu disamakan dengan agama yang lainya. Selanjutnya, fanatisme akan melahirkan permusuhan dengan penganut agama lain dan kekerasan atas nama agama. Fanatisme yang berlebihan akan melahirkan truth claim yang eksklusif. Eksklusivisme dapar mengarahkan orang pada radikalisme dan fundamentalisme dalam beragama.
       Selain itu ada faktor situasional juga menjadi pendorong aktor agama melakukan tindakan kekerasan.Di sini disebutkan dua hal yakni, orientasi keagamaan yang dianut oleh kelompok mayoritas dan perlakuan yang tidak adil dari pemegang hegemoni.Aktor agama hidup di tengah-tengah sistem sosial dengan tradisi yang berlaku sejak zaman nenek moyangnya. Perlahan tetapi pasti ia menyerap nilai-nilai dan doktrin-doktrin yang diterima secara umum. Hal itu terinternalisasi setelah terlibat dengan agen-agen ssoisalisasi seperti sekolah, madrasah, gereja, media, komunitas, dan tokoh-tokohnya.
       Kekerasan atas nama agama juga dapat terjadi dalam hubungan atara agama yang ditandai oleh ambiguitas. Sifat mendua yang sangat nyata inilah yang melahirkan potensi ganda dalam agama. Agama di suatu sisi menjadi sumber kedamaian tetapi di sisi lain agama juga dapat menjadi sumber konflik dan kekerasan. Ambiguitas tersebut dapat terjadi karena tidak adanya orientasi.Dengan demikian setiap agama harus memiliki orientasi yang jelas sehingga para pengikutnya tahu dengan pasti arah kehidupan imanya.
Contoh kekerasan atas nama agama yaitu Pada tahun 1095 Paus Urbanus II memerintahkan orang-orang Kristen untuk merebut Tanah Suci Yerusalem dari tangan Muslim, yang digambarkn Paus pada waktu itu sebagai orang kafir terkutuk yang tidak mengenal Allah”. Perang Salib yang terjadi pada waktu itu, bukan hanya terjadi terhadap agama yang berbeda, tetapi juga ditujukan kepada sesama Kristen.
        Masih banyak lagi deretan peristiwa yang mengatas namakan agama (Tuhan). Dan semangat seperti itu pun ada dalam agama apapun itu, tidak ada perkecualian, yakni semangat fundamentalisme dan fanatisme.
       Ada tiga orientasi dalam meyelesaikan suatu konflik.Pertama,ekslusivis adalah aktor agama yang membangun tembok dan menciptakan sebuah “enclave” daerah terlindung yang steril.Ia hanya percaya pada satu-satunya kebenaran, satu jalan untuk memahamu realitas, dan satu cara dalasm menafsirkan teks-teks suci, ia percaya bahwa hanya kelompoknya yang selamat. Kelompok yang lain dimjamin “masuk neraka”. Kedua,inklusivisyang mengakui keragaman tradisi, komunitas, dan kebenaran.Semua adalah jalan menuju kebenaran.Ketiga,pluralis yang berpandangan bahwa kebenran bukan milik satu tradisi atau komunitan keagamaan.Perbedaan bukanlah penghalang tetapi peluang dalam berdialog.

             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar